SEJARAH KOPI
( sumber :
sejarahRI )
Sejarah
kopi telah dicatat sejauh pada abad ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di
Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi.
Akan tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun
telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi disana ditanam secara massal.
Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa
dan ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_kop…)
Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa.
Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinya kaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa.
Sejarah
kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan
tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para
aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi
untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.
Sejak
penemuan tumbuhan kopi tersebut kemudian seorang sufi Ali Bin Omar dari Yaman
menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya.
Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat
negeri itu. Dari khasiat kopi tersebut akhirnya membawa kemakmuran bagi
pemilik-pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir
kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia tanaman minuman beraroma khas
itu ditanam.
Banyaknya
khasiat yang didapat dari kopi, sehingga penyebarannya cukup pesat terutama di
benua Eropa. Di Salerno, Italia, kopi telah dikenal pada abad kesepuluh.
Setelah itu berlanjut dengan pembukaan kedai kopi bernama Botega Delcafe pada
tahun 1645 yang kemudian menjadi pusat pertemuan cerdik pandai di negara pizza
tersebut.
Di
Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di
Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair. Sedangkan di
Amerika, kopi dijadikan sebagai minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi
menu utama di meja-meja makan pagi. Meskipun perkembangan kopi begitu pesat
pada abad-abad itu tetapi orang-orang Arab telah lebih dulu memonopolinya
sebagai tanaman, dan mereka hanya mengekspor kopi yang sudah digoreng atau
digonseng.
Sedangkan
penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada
abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia
ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat
di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah partikelir Kesawung yang kini lebih
dikenal Pondok Kopi.
Kemudian
kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor,
Sukabumi, Banten, dan Priangan, melalui sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke
Pulau Jawa, tanaman kopi kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau
Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Timor. “Bahkan kopi arabika yang semula ditanam
di Brasil (negara produsen kopi terbesar di dunia) konon bibitnnya berasal dari
Pulau Jawa,” ungkap Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Eksportir Kopi
Indonesia (AEKI) Jawa Timur Mudrig Yahmadi.
Dalam
sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di
dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan
hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman
kopi di Indonesia sekitar abad ke-19.
Meskipun
demikian, sisa tanaman kopi arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di
Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja
(Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti
Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut) serta dataran tinggi Gayo (DI Aceh).
Perjalanan
kopi bukan begitu saja menjadi salah satu minuman dunia yang disenangi. Di
Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan bahwa
minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur.
Bukan hanya melarang tetapi juga menghukum orang-orang yang minum kopi.
Bahkan,
tahun 1656, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah, mengeluarkan larangan untuk
membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, tetapi menghukum
orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama.
Tetapi bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah
lambat-laun terkikis, sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi,
si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk minta cerai.
Di
Swedia, konon Raja Gustaff ke II pernah menjatuhkan hukuman terhadap dua orang
saudara kembar. Yang satu hanya dizinkan meminum kopi dan yang satu lagi
diizinkan hanya teh. Siapa yang terlebih dahulu mati, maka dialah yang bersalah
dalam satu tindak pidana yang dituduhkan terhadap mereka. Ternyata yang mati
duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun.
Sejak
itu orang-orang Swedia berbalik menjadi peminum kopi paling fanatik yang ada di
dunia, sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini peminum kopi
tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang bisa menghabiskan 12 kg lebih per
tahun dibanding dengan di Indonesia yang hanya 0,6 kg per tahun.
Begitu
bergengsinya minuman kopi ini, hingga Raja Frederick Agung dari Rusia pada
tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk
menunjukkan kearistokratan kopi.
* http://www.tapanulicoffee.com/sejarah.ht…)
* http://www.tapanulicoffee.com/sejarah.ht…)
SEJARAH
KOPI DI INDONESIA
Ditahun
1696, Gubernur Belanda di Malabar mengirimkan biji kopi ke Gubernur Belanda di
Batavia, pengiriman pertama hilang karena banjir yang terjadi di Batavia,
pengiriman kedua dilakukan tahun 1699.
Eksport
kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun eksport
meningkat sampai 60 ton/tahun, Indonesia adalah tempat perkebunan pertama
diluar Arabia dan Ethiopia dan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun
1725 sampai 1780.
Ditahun
1700an harga kopi yang dikirim dari Batavia sekitar 3 Guilder/kg di Amsterdam
dan itu sama dengan beberapa ratus USD/Kg dengan kurs saat ini, harga kopi
memang sangat mahal saat itu. Akhir abad 18 harga kopi mulai turun menjadi 0.6
Guilder/Kg sehingga kopi bisa diminum untuk kalangan yang lebih luas lagi.
Terlihat
bahwa perdagangan kopi sangat menguntungkan VOC, tetapi tidak bagi petani kopi
di Indonesia saat itu karena diterapkannya sistem cultivation [Cultuurstelsel].
VOC
kemudian melebarkan sayap dengan menanam kopi diluar Jawa seperti di Sumatra,
Bali, Sulawesi dan Timor. Di Sulawesi mulai ditanam tahun 1750, di dataran
tinggi Sumatra Utara dekat Danau Toba ditanam sekitar tahun 1888 dan di Gayo,
Aceh dekat danau laut tawar ditahun 1924.
Saat
ini ada 20 varietas kopi arabica di Indonesia yang terbagi dalam 6 kategori
yaitu :
Typica
– ini tanaman yang aslinya dibawa oleh Belanda dan sebagian besar hancur
ditahun 1880s, saat penyakit daun kopi menyerang Indonesia, tetapi di Bergandal
dan Sidikalang, varieties Typica masih bisa ditemukan terutama ditempat dataran
tinggi.
Hibrido
de Timor (HDT) – dikenal juga dengan varietas “TimTim”, persilangan antara
arabica dan robusta, pertama diambil tahun 1978 di Timor Timur lalu ditanam di
Aceh tahun 1979.
Linie
S – Varietas ini dikembangkan di perkebunan Bourbon, India dan jenis yang
terkenal adalah S-288 dan S-795, bisa ditemukan di Lintong, Aceh, Flores dan
daerah lain.
Ethiopian
lines – Menyebar di Jawa tahun 1928 lalu juga ke Aceh. Varietas dari Ethiopia
lain yang ditemukan di Sumatra ada yang disebut “USDA”
Caturra
cultivars: Caturra adalah mutasi dari kopi Bourbon coffee, nerasal dari Brasil.
Catimor
lines – Persilangan antara Arabica dan Robusta sangat kurang aromanya. Tetapi
ada jenis Catimor yang terkenal yaitu “Ateng-Jaluk”. Riset juga menunjukan
bahwa varietas lokal catimor di Aceh menghasilkan karakteristik kopi yang
sangat baik.
Kopi
Robusta mulai diperkenalkan di Indonesia ditahun 1900an untuk pengganti kopi
arabica yang hancur saat terjadi penyakit tumbuhan menyerang tanaman kopi
arabica, kopi robusta yang lebih tahan terhadap hama dianggap sebagai
alternatif yang tepat terutama untuk perkebunan kopi didaerah dataran rendah.
Coffea
canephora (Robusta Coffee; Coffea robusta) adalah spesis kopi yang asalnya dari
Afrika Barat dan banyak tumbh di Afrika serta Brazil, biasa disebut Conillon.
Kopi ini juga tumbuh di Asia Tenggara ketika kolonial Perancis
memperkenalkannya akhir abad 19 di Vietnam yang menyebabkan Vietnam yang
memproduksi hanya kopi Robusta melewati Brazil, India dan Indonesia menjadi
penghasil kopi nomor satu didunia.
Sekitar
1/3 produksi kopi dunia ialah kopi Robusta, kopi ini lebih mudah perawatannya
dibandingkan jenis lainnya sehingga biaya produksinya juga murah dan karena
kopi arabica dikenal dengan kualitas yang lebih baik, kopi robusta biasanya
dibuat kopi instant, espresso dengan tingkat caffeine hampir 2 kali lipat
dibandingkan arabica.
Coffea
canephora / Robusta yang tumbuh dibagian Afrika Barat serta Tengah tidak
dikenal sebagai spesis kopi sampai abad ke 18, bisa mencapai ketinggian 10m dan
memerlukan 10-11 bulan sampai bijinya bisa dipanenn. Secara umum kopi jenis ini
lebih tahan terhadap cuaca dan mudah pemeliharaannya dibandingkan kopi arabica.
Saat digongseng, aroma yang keluar mengesankan aroma karet yang terbakar dan
lebih menusuk hidung dibandingkan aroma kopi arabica, aroma ini mengesankan
“kekuatan” dikomunitas kopi di Italia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar